Pemuda adalah sosok pelopor berbagai
perubahan yang terjadi di setiap bangsa. Di balik setiap transformasi sosial,
motor utamanya tak lain adalah pemuda. Ibarat sang surya, maka pemuda bagaikan
sinar matahari yang berada pada tengah hari dengan terik panas yang menyengat.
Berbagai bakat, potensi, kecenderungan, baik mengarah kepada kebaikan maupun
kepada kejahatan memiliki dorongan yang sama kuatnya ketika pada masa muda, kematangan
kepribadian manusia pada masa tua ditentukan oleh masa mudanya. Jika mereka
adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam, maka
merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi
nakhoda umat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan
akhirat. Mengingat firman Allah dalam Al Qur’anul Karim:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali Imran 104)
Para Sahabat Nabi yang masih muda
memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik
dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah SWT. Rosulullah
Muhammad Saw ketika diangkat menjadi rosul berumur empat puluh tahun. Pengikut
beliau yang merupakan generasi pertama, kebanyakan juga dari kalangan pemuda
bahkan ada yang masih anak-anak. Mereka dibina oleh rosulullah setiap hari di
Daarul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang
paling muda ketika itu keduanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11),
al Arqam bin Abi al Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi
salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi
panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin
Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab
(26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), Bilal bin Rabbah (30), Abu Salamah (30),
Abu Bakar Ash Shidiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), Ubaidah bin al
Harits, yang paling tua diantara semua sahabat yang berusia 50 tahun. Dalam
pentas sejarah Islam, dengan mudah kita mendapati pemuda-pemuda yang namanya
terukir dengan tinta emas. Mereka layak menjadi uswah (teladan) bagi pemuda
generasi sekarang. Panutan yang sangat riil di saat pemuda kini kehilangan
figur yang bisa dicontoh.
Nabi Ibrahim a.s., misalnya, seperti
dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah pemuda yang sering berdebat dengan kaumnya,
menentang peribadatan kepada patung-patung yang tidak dapat bicara, memberi
manfaat dan mudharat (QS Al-Anbiya:60-67). Kita juga ingat kisah Ashabul Kahfi
– yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang
menolak kembali agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT.
Mereka bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu
gua, karena jumlah mereka relatif sedikit yakni tujuh orang di antara
masyarakat penyembah berhala. Fakta sejarah ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26,
yang di antaranya :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan
Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”. (Q.S. Al-Kahfi : 13)
Hal penting yang harus ada dalam jiwa generasi muda islam,
antara lain:
- Pendidikan keyakinan keimanan agama yg kuat,dengan memperdalam agama,dari tontonan,bacaan,dan kegiatan-kegiatan.
- Memperkaya diri dgn ilmu pengetahuan dan adab-adab agama,memperbanyak amaliah amaliah ibadah
- Meminimalisir ego dalam diri,karena pada usia remaja mempunyai ke egoan yg sangat tinggi yg berpangaruh terhadap kestabilan pikiran dan perbuatan seorang remaja yg tak terkontrol.
Semoga tulisan
ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kaum muslimin, terutama para pemuda,
untuk mengusahakan kebaikan dan membiasakan diri untuk selalu menetapi amal
shaleh dan ibadah kepada Allah SWT, agar mereka termasuk kedalam golongan
orang-orang yang mendapatkan keutamaan dan kemuliaan besar dari Allah SWT.(EMC)
0 komentar:
Posting Komentar