Masjid Agung Baitul Mukminin Kab. Jombang

Alamat : Jl. Kh. A. Dahlan No. 28 Jombang

INFAQ BUKU

Silahkan infaqkan buku anda, kami menerima infaq buku saudara. Info lebih lanjut, silahkan hubungi pustakawan Perpustakaan Masjid Agung Baitul Mu'minin Kab. Jombang

Sahabat Perpus

Kebersamaan Menggali Ilmu

Pustakawan

Anggota Pustakawan Perpustakaan Masjid Agung Baitul Mu'minin Kab. Jombang

Koleksi Perpustakaan

Tersedia: Kitab-Kitab, Buku Umum, Buku Islami, Majalah dll.

Kamis, 11 Juli 2013

KISAH PENGEMIS YAHUDI BUTA & NABI MUHAMMAD


Alkisah, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad, orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.

Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”

Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.(ES)

MERAJUT INDAHNYA UKHUWAH ISLAMIYAH


Ukhuwah merupakan anugerah Allah SWT yang tiada terhingga dan kenikmatan yang tidak dapat diukur oleh materi. Sekalipun seluruh manusia berusaha untuk mengumpulkan harta mereka, namun itu semua tidak dapat digunakan untuk membeli ‘ukhuwah’. Karena ukhuwah tumbuh dan lahir dari cahaya keimanan. Allah SWT berfirman:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan (Allah-lah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal: 63).
Ukhuwah atau persaudaraan dalam islam sangatlah populer disebutkan  banyak orang, tapi pengamalannya tidak semudah mengucapkannya, tapi kita sebagai muslim harus optimis bahwa ukhuwah islamiyah ini suatu keniscayaan atau sesuatu yang memang bisa terjadi bahkan harus terjadi. Sebab dengan ukhuwah ini ajaran islam bisa menyebar ke seantero dunia, hal ini terbukti pada jaman Rasulullah Saw yang mana telah terjadinya persaudaraan (ukhuwah) yang begitu indah antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, kita ketahui kaum muhajirin adalah kaum muslimin yang ikut serta berhijrah bersama Rasulullah dari Mekkah ke Madinah, sedangkan kaum anshar adalah kaum muslimin yang sudah menetap di Madinah dan mereka menyambut dengan hangat kedatangan kaum muhajirin.
Persaudaran dalam Islam tidak dibatasi dengan wilayah geografis; batas daerah, batas provinsi, batas negara, bahkan menjangkau untuk seluruh belahan dunia dimana orang muslim dan mukmin berada, juga tidak dikhususkan dengan bentuk fisik, warna kulit dan aneka ragam suku bangsa di dunia ini,  selama mereka muslim dan mukmin, maka mereka adalah saudara kita. Ukhuwah islamiyyah dilambangkan bagaikan bangunan yang kokoh sebagaimana hadits Rasulallah Saw ;“Sesungguhnya orang-orang mukmin dengan orang-orang mukmin lainnya itu bagaikan bangunan yang satu, bagiannya menguatkan bagian yang lain (H.R. Bukhari dan Muslim)
Begitu pula seharusnya yang terjadi diantara kita, sekalipun berbeda suku bangsa, berbeda golongan, berbeda partai dan berbeda kepentingan, tapi kalau sudah diikat dengan islam dan iman, maka perbedaan tadi menjadi lebur, dan tentunya kepentingan umum (umat) dan kepentingan agama lebih didahulukan. Allah Swt, dalan kitab-Nya berfirman :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. ” (Q.S. Al-Imran : 103)
Dalam islam perbedaan itu merupakan rahmat, sehingga terjadinya perbedahan dalam paham keagamaan tidak dijadikan sebagai alasan untuk berpecah belah, bahkan harus dijadikan sebagai hikmah dan menambah khazanah keilmuan dalam islam, artinya betapa kaya dan luasnya ilmu islam, sehinga banyak sumber dan pendapat, bukankah pijakan keilmuan dalam islam terutama bidang fiqih terdapat pada empat imam ;Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Hanafi, dan Imam Maliki, tapi para imam tersebut sama sekali tidak  terdengar melakukan pertengkaran satu sama lain, bahkan diantara beliau bersikap tasamuh (toleransi) dan saling menguatkan. Dengan demikian mudah-mudahan Allah menganugerahkan nikmat berupa kelezatan beriman kepada-Nya, mendapat perlindungan Allah di dunia dan di akhirat.(EMC)